TPA Bappenas ITB
Sejarah
Sejarah Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia berawal pada
abad ke-20, ketika pemerintah kolonial Belanda mendirikan de Techniche
Hoogeschool te Bandung (TH) pada 3 Juli 1920 di lahan seluas 30 hektar di
Bandung. Saat itu hanya terdapat satu fakultas yaitu de Faculteit van
Technische Wetenschap dan hanya satu jurusan yaitu de afdeeling der We gen
Waterbouw. Pendirian perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga teknik yang semakin terbatas pada masa kolonial Belanda akibat pecahnya
Perang Dunia pertama.
Pada Dies ke-6 tanggal 3 Juli 1926, dari 22 orang kandidat insinyur yang lulus berjumlah 19 orang dengan 4 orang di antaranya adalah pribumi. Saat itulah untuk pertama kalinya TH Bandung menghasilkan nsinyur orang Indonesia. Satu dari keempat orang itu adalah Ir. R Soekarno yang kelak menjadi proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.
Kemudian saat pendudukan Jepang pada 1944-1945, TH berubah nama menjadi Bandung Kogyo Daigaku (BKD) dan menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung setelah Indonesia merdeka. Selanjutnya pada 1946, sempat berpindah ke Yogyakarta dengan sebutan STT Bandung di Jogja yang kemudian menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada 21 Juni 1946, terjadi perubahan nama menjadi Universiteit van Indonesie di bawah kendali NICA dengan Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri kemudian. Setelah itu pada 1950-1959 menjadi bagian dari Universitas Indonesia untuk Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam.
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan proklamasi kemerdekaanserta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an, ITB mulai membina dan melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapi jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an, ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademikan makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri semakin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an, ditandai dengan kepranataan dan proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang semakin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjanameningkat dan program pascasarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an, perguruan tinggi teknik yang semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan, kini memiliki 26 Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, 34 Program Studi S2/Magister dan 3Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis, dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Dasawarsa ini menghantarkan ITB ke fajar abad baru yang ditandai dengan munculnya berbagai gagasan serta pemikiran terbaik untuk pengembangannya. Beberapa di antaranya antara lain:
Bahwa cepatnya pelipatgandaan informasi di abad baru akan menuntut pelaksanaan pendidikan yang berpercepatan, tepat waktu, terpadu, berkelanjutan, dan merupakan upaya investasi terbaik. Dalam upaya ini ITB ingin menegakkan program sarjana di atas pondasi penguasaan ilmu-ilmu dasar yang kokoh sehingga lulusannya senantiasa mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang datang dengan cepat. Program pascasarjana menjadi ujung tombak peningkatan kualitas dan kuantitas, efisiensi dan efektivitas, serta relevansinya terhadap kebutuhan, sehingga kontribusi ITB bagi pembangunan nasional akan menjadi lebih besar dan tinggi nilainya.
Bahwa penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu dilakukan secara utuh dan terpadu, dalam suatu kiprah sebagai
research and development university. Pengembangan keilmuan dan teknologi di ITB
didasarkan pada kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa.
Dengan demikian ITB akan mengembangkan dirinya dalam riset dan manufaktur,
teknologi komunikasi dan informasi, transportasi darat-laut dan dirgantara,
lingkungan, serta bio-teknologi dan biosains.
Bahwa misi pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat
membangun wawasan bisnis untuk kemandirian yang merupakan modal awal untuk
menegakkan otonomi perguruan tinggi. Wawasan bisnis untuk kemandirian tersebut
diarahkan guna meraih prestasi pelaksanaan kewajiban dan tugas pendidikan dan
penelitian setinggi-tingginya.
Bahwa pengembangan ITB diharapkan berpijak pada kekuatan
institusi berupa penggunaan informasi sebaik-baiknya, terpeliharanya staf
pengajar yang kompeten, tinggi mutu kemampuan dan pengabdiannya, sistem
pendidikan yang terintegrasi, dan kerja sama yang terjalin erat dengan
pemerintah, industri dan lembaga penelitian dan pendidikan di dalam dan luar
negeri. Sehingga pengembangan yang direncanakan dapat dipantau secara
berkelanjutan dan terukur menurut pelaksanaan tridarma perguruan tinggi,
pengembangan sumber daya manusia, sarana fisik, kepranataan norma dan tata
kerja, serta ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
Bahwa keinginan untuk mengembangkan ITB tercermin dalam
semangat dan sikap ITB yang mengakui adanya kebenaran keilmuan yang dapat
didekati melalui observasi disertai analisis yang rasional. Bahwasanya mengejar
dan mencari kebenaran ilmiah tersebut adalah hak setiap insan di bumi, dan ilmu
pengetahuan serta teknologi agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
menyejahterakan umat manusia, dan bangsa Indonesia pada khususnya.
Kurun dasawarsa kelima tahun 2000-an, pada tanggal 26
Desember 2000, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2000 telah
menetapkan Institut Teknologi Bandung sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara
(BHMN).
Perguruan Tinggi Negeri dengan status badan hukum adalah sesuatu tanpa preseden dalam sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia. Hal ini diawali dengan terbitnya PP No. 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Bahan Hukum yang kemudian disusul diterbitnya PP No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung menjadi Bahan Hukum Milik Negara. Maka dengan terbitnya PP 155 tersebut, sejak tanggal 26 Desember 2000, ITB resmi menjadi badan hukum sebagaimana layaknya badan hukum lainnya yang dibenarkan melaksanakan segala perbuatan hukum yang tidak melanggar hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan pertama yang ditinjau dalam PP No. 61 secara singkat adalah adanya globalisasi yang menimbulkan persaingan yang tajam. Maka untuk meningkatkan daya saing nasional dibutuhkan perguruan tinggi yang dapat membangun masyarakat madani yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Untuk itu perguruan tinggi, termasuk ITB, harus memperoleh kemandirian, otonomi, dan tanggung jawab yang lebih besar. Penekannya ada pada proses globalisasi.
Pada 3 Juli 2020, ITB secara de facto berusia 100 tahun di mana telah menghasilkan lebih dari 120.000 alumni yang berperan penting dalam pembangunan bangsa, memiliki 12 fakultas/sekolah, 128 program studi, dan 111 Kelompok Keahlian, memiliki 25 Pusat, 7 Pusat Penelitian, dan 6 Pusat Unggulan Iptek (PUI), memiliki lebih dari 26 ribu mahasiswa program sarjana, master, dan doktor, memiliki 1.510 dosen dengan 195 Guru Besar, dan berlokasi di dua tempat lain selain kampus Ganesa Bandung yaitu Jatinangor dan Cirebon. ITB juga menjadi perguruan tinggi terbaik nasional dan pelopor kemajuan sains, teknologi, dan seni di Indonesia.
TPA Bappenas ini rutin dilaksanakan di Jakarta pusat setiap 2 minggu sekali (untuk jadwal pastinya silahkan cek website Bappenas), tapi saat ini di ITB pun juga sudah bekerja sama dengan Bappenas untuk melaksanakan TPA Bappenas ITB.
- Penalaran Verbal
- Kuantitatif
- Penalaran
JENIS-JENIS TES POTENSI AKADEMIK (TPA)
Secara Garis Besar, Tes Potensi Akademik Dibagi 4 Subtes
Yaitu Tes Bahasa (Verbal), Tes Angka (Numerik), Tes Logika, Dan Tes Gambar
(Spasial). Dibawah Ini Penjelasan Pada Masing-Masing Subtes Tes Potensi
Akademik.
Tes Bahasa (Verbal)
Tes Bahasa (Verbal), Pada TPA Subtes Ini Dibagi Menjadi 4
Bidang Bahasa, Yaitu:
- • Tes lawan kata (antonim) yaitu peserta tes diminta untuk mencari satu kata yang menjadi lawan kata pada soal yang tersedia
- • Tes persamaan kata (sinonim) yaitu peserta tes diminta untuk mencari satu kata yang menjadi persamaan kata pada soal yang tersedia
- • Tes pengelompokan kata yaitu peserta diminta untuk mencari satu kata yang tidak termasuk kategori sejenis
- • Tes padanan kata yaitu peserta diminta untuk mencari satu kata yang sesuai dengan pasangannya pada soal yang tersedia.
Harry Tolley Menjelaskan Bahwa Membaca Dan Memahami Kalimat
Atau Kata Yang Tertulis Serta Kemampuan Bahasa Adalah Salah Satu Cara Untuk
Melihat Kemampuan Seseorang. Tes Ini Juga Sangat Erat Hubungannya Dengan Tes
Kognitif, Tes Kecerdasan Maupun Tes Psikometri. Subtes Ini Dirancang Untuk
Mengetahui Seberapa Jauh Seseorang Menggunakan Bahasanya Seefektif Mungkin
Dengan Bahasa Baku.
Tes Angka (Numerik)
Tes Angka (Numerik), Pada TPA Subtes Ini Dibagi Menjadi 5
Bidang Numeric, Yaitu:
- • Tes angka pada cerita yaitu peserta diminta untuk membaca soal cerita yang tersedia di soal dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan kehendak soal pada kolom jawaban dengan cepat
- • Tes logika angka yaitu peserta diminta untuk menalar persamaan angka yang tersedia pada kolom jawaban secara logis
- • Tes seri huruf yaitu peserta diminta untuk menjawab huruf selanjutnya yang rumpang pada deret huruf dan biasanya pada bagian ini mempunyai pola tertentu
- • Tes deret (serial angka) yaitu peserta diminta untuk menjawab bilangan selanjutnya yang rumpang pada deret angka dan biasanya pada bagian ini deret angka mempunyai pola tertentu juga
- • Tes hitungan (aritmatika) yaitu peserta diminta untuk menghitung dengan menambah, membagi, mengali maupun membagi bilangan yang tersedia di soal dan biasanya soal pada bagian ini menjebak hitungan peserta walaupun terlihat mudah.
Tes Logika
Pada TPA Tes Ini Berguna Untuk Menguji Memecahkan Masalah
Dengan Logis Dan Penalaran. Subtes Ini Dibagi Menjadi 4 Bidang Logika, Yaitu:
- • Tes logika diagram yaitu peserta diminta untuk menginterpretasikan suatu diagram yang tersedia pada soal dan jawaban biasanya berupa pernyataan yang sesuai pada diagram soal
- • Tes logika cerita yaitu peserta diminta untuk membaca suatu cerita yang tersedia di soal dan menjawab soal-soal yang berhubungan dengan cerita pada soal tetapi biasanya pertanyaan dan jawaban pada soal tidak secara langsung terdapat jawabannya pada cerita
- • Tes silogisme (analisa sebuah pernyataan dan kesimpulan) yaitu peserta diminta untuk apakah pernyataan dan kesiimpulan yang diambil dalam soal maupun jawaban sudah benar atau belum
- • Tes logika umum yaitu peserta diminta untuk menalar suatu pernyataan yang logis dengan cepat
Tes Gambar (Spasial)
Pada TPA Tes Ini Dibagi Menjadi 4 Bidang Spasial, Yaitu: .
- • Tes padanan gambar yaitu peserta diminta untuk mencocokkan gambar yang sesuai dengan pertanyaan dengan jawaban yang ada
- • Tes bayangan gambar yaitu peserta diminta untuk menalar bagaimana suatu gambar akan dicerminkan pada suatu bayangan dan hasil dari bayangan tersebut memberi gambaran seperti pada kolom jawaban yang tersedia
- • Tes kelompok gambar yaitu peserta diminta untuk mengelompokkan gambar yang sesuai kondisi atau satu kategori yang sama dengan kategori yang berbeda pada jawaban
- • Tes identifikasi gambar yaitu peserta diminta untuk mengidentfikasi gambar apa yang tertera pada soal maupun jawaban yang tersedia.
Peserta diberi waktu selama 3 jam untuk menyelesaikan 250
soal yang terdiri dari soalverbal, subtansi, dan penalaran. Saat memasuki ruang
tes, peserta hanya diperkenankan membawa pensil 2B, penghapus, peruncing, dan
ID Card.
TPA dapat digunakan sebagai tolak ukur kompetensi seseorang, khususnya kemampuan secara intelegensi, attitude, ketelitian, dan emosional.TPA juga dimaksudkan untuk mengukur potensi yang dianggap mempengaruhi keberhasilan seseorang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, memasuki dunia kerja, atau memangku jabatan tertentu.
Seleksi calon mahasiswa program Pascasarjana ITB terdiri atas 3 tahapan, yaitu
- Ijazah/bukti kelulusan dari tahapan pendidikan sebelumnya
- Transkrip dari tahapan pendidikan sebelumnya
- Surat pernyataan tujuan (statement of purpose)
- Bukti kepemilikan asuransi
- Rekomendasi dari 2 orang (dosen atau atasan)
- Surat kesediaan mengikuti Program Pascasarjana ITB
- Surat pernyataan kesanggupan membiayai Program Pascasarjana ITB
- Surat pernyataan keaslian dokumen
2. Seleksi bukti lolos nilai minimum TPA Bappenas dan nilai
minimum TOEFL/IELTS/ELPT ITB
3. Seleksi kemampuan akademik yang dilaksanakan di program
studi tujuan.
Calon mahasiswa yang telah lulus seleksi kelengkapan dokumen
persyaratan dan seleksi kemampuan akademik diberikan kesempatan menyelesaikan
seleksi bukti lolos nilai minimum TPA Bappenas dan/atau lolos nilai minimum
TOEFL/IELTS/ELPT ITB pada 6 Januari 2023 pukul 23.59 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar